A. STRUKTUR TEKS CERITA PENDEK
- ORIENTASI
- KOMPLIKASI
- RESOLUSI
Contoh Teks Cerita Pendek
Gara-Gara AmplopAku adalah anak laki-laki kecil berusia 12 tahun. Tubuhku gemuk, itu mungkin karena aku doyan makan. Bakso, itu makanan fovoritku.
Suatu hari, saat
aku sedang berjalan ke rumah teman dekatku
yang bernama Andi, aku menemukan amplop yang sangat tebal. Aku mengambil
amplop itu dan langsung menyelipkannya ke dalam saku celanaku. Aku sangatlah senang, hatiku pun sangat
gembira apalagi disaat amplop kuambil tidak ada orang yang melihatnya.
Pikiranku terus melayang-layang, terbayang akan ketebalan uang di dalam amplop
yang aku temukan itu. Aku menargetkan uang dalam amplop itu berkisar antara dua
ratus sampai dengan empat ratus ribu rupiah. Targetku cukuplah beralasan karena
amplop itu sangatlah tebal. Meskipun, aku tidak memeriksanya terlebih dulu, tapi aku yakin uang di dalam amplop, tidak jauh berbeda dengan yang aku pikirkan. Sesekali
pikiranku memintaku untuk singgah dulu ke tempat Pak Min. Pak Min adalah
penjual mie bakso terenak di kampungku. Perutku pun seakan memberi sinyal bahwa
aku harus makan mie bakso dulu kemudian baru ke rumah Andi. Tak ingin berfikir terlalu lama aku pun
berputar haluan dan berbelok ke kiri
mengarah ke tempat Pak Min.
Tidak terasa, aku
pun tiba di tempat Pak Min dan langsung memesan mie bakso, jus apel dingin,
kerupuk jangek, dan keripik singkong. Setelah selesai memesan, aku memilih duduk di bagian depan. Biar nanti
teman-temanku yang lewat bisa melihatku sedang berpesta ria makan mie bakso ples
cemilin yang beragam. Tak lama kemudian, satu-persatu pesananku pun datang.
Gairah makanku seperti para pejuang yang baru pulang dari pertempuran,
seakan-akan semua yang ada di tempat Pak Min akan kuborong dan kumakan.
Saat aku ingin
makan, tiba-tiba Jojo dan Ikbal lewat. Mereka tidak melihatku. Aku pun
memanggil mereka sekedar basa-basi busuk. Tujuanku agar mereka melihat aku sedang makan
banyak makanan dan dapat penghargaan berupa pengakuan banyak uang.
Seperti yang aku
harapkan, Jojo dan Ikbal pun datang
mendekatiku.
Jojo berkata, “Ada apa ya Kul?”
“Kalian mau
kemana?” tanyaku pada mereka.
“Kami mau kerumah
Andi. Kami ingin beramain mobil remote karena kami dengar-dengar Andi baru beli
mobil remote terbaru,” jawab Ikbal.
“Eh. Kamu sama
siapa di sini Kul dan makanan ini semua siapa yang punya?” tanya Jojo kepadaku.
Aku senang
pertanyaan yang aku tunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Dengan bangga aku
menjawab, “Aku sendirian dan ini semua aku yang punya!”
“Memangnya kamu
punya uang, tuk bayarin semua ni Kul,” tanya Ikbal.
“Pastilah, kalau
kalian mau boleh pesan kok!” jawabku.
Ikbal merasa tidak
percaya dan Ikbal pun bertanya, “Boleh pesan! kamu seriuskan Kul?”
“Iya, aku serius kok. Mana mungkin aku bohong
sama kalian, kaliankan sahabat terbaikku,” Jawabku. Akhirnya Jojo dan Ikbal pun
memesan mie bakso dan cemilan seperti yang aku pesan. Kami pun makan sambil
bercerita dan sesekali terdengar pujian mereka untukku karena kebaikanku yang
telah mentraktir mereka makan mie bakso.
Selesai makan, aku
sengaja memanggil Pak Min untuk menghitung semua yang kami makan. Pak Min pun
datang dan menghitung semua jumlahnya. “65 ribu Kul!” kata Pak Min. “65 ribu,
murah sekali kok. Apa Pak Min ngak salah
hitung?” tanyaku.
“Ngak Kul,” jawab
Pak Min. “Ya udahlah, sebentar lagi saya kasikan uangnya. Nanti saya antarin
uangnya ke meja Pak Min,” terangku. Kemudian, Pak Min pun pergi meninggalkan
meja tempat kami makan.
Jojo bertanya kepadaku, “Kul, kamu yakinkan
punya uang?”
“Pastilah, kalian
tenang saja” jawabku. Aku pun mengambil amplop yang ada di saku celana, kuletak
di atas meja. Kemudian, kurobek bagian kiri amplop dan kutarik isi dalamnya. Sungguh di luar
dugaan, mataku terbelalak, pikiranku seakan tertimpa pelajaran matematika,
hatiku pecah saat melihat isi di dalam amplop yang semuanya berisikan uang
monyet. Jojo betanya kepadaku, “Kul, kenapa uang di dalam amplop itu uang lima
ratusan semua, banyak yang robek pula. Apa cukup ntuk bayarin semua ni?” aku
tersenyum melihat mereka khawatir, aku menjawabnya, “Yok. Kita hitung dulu!”
“Sini biar kuhitung uangnya,” kata Ikbal. Ikbal mengambil uang di tanganku untuk mereka hitung, mereka tahu kalau aku tidak bisa menghitung.
“Sini biar kuhitung uangnya,” kata Ikbal. Ikbal mengambil uang di tanganku untuk mereka hitung, mereka tahu kalau aku tidak bisa menghitung.
Setelah dipilih
uang yang bagus dan layak digunakan mereka pun menghitung uang itu. Lembar
perlembar uang itu mereka hitung dengan cermat. Pada saat itu aku menjadi
penonton yang budiman. “44 ribu, Kul,” kata Ikbal padaku. Aku kaget, dan
bertanya, “Apa! Kalian yakin, apa kalian ngak salah hitung?”
“Memangnya kamu ragu dengan kemampuanku
menghitung Kul?” cetus Ikbal. “Tidak sih,
tapi perasaanku, uang di dalam amplop itu 200 ribu,” kataku pada mereka.
“200 ribu dari hongkong,” sindir Ikbal.
Jojo penasaran dan
bertanya kepadaku, “Memangnya amplop itu dari mana sih?”
“Maaf teman-teman, sebelumnya aku belum ngasi tahu sama kalian.
Kalau amplop yang kalian buka itu saya temukan di jalan,” terangku. Mereka tersentak mendengar jawaban yang aku
berikan.
Jojo berkata, “Kul,
apa kamu tidak tahu, jika mengambil apalagi memakan yang bukan milik kita itu
dosa. Allah itu Maha Tahu, kemana pun dan di mana pun kita berada Allah pasti
tahu. Janganlah mengambil atau memakan yang bukan milik kita, karena
sesungguhnya dosa yang kita miliki akan dibalas dengan siksa dan api nerakan
oleh Allah”
“Jangan nakuti
aku” jawabku pada Jojo.
“Aku serius dan yang aku sampaikan tadi itu Pak Ustad Ali yang mengatakan,” kata Jojo.
Aku pun bertanya, “Jadi aku harus bagaimana?”
“Aku serius dan yang aku sampaikan tadi itu Pak Ustad Ali yang mengatakan,” kata Jojo.
Aku pun bertanya, “Jadi aku harus bagaimana?”
“Ya udah, biar
bakso dan semua ini aku yang bayarin, kebetulan aku ada uang lebih. Kamu, Kul,
masukkan semua uang itu ke dalam amplopnya dan nanti akan kita berikan sama Pak
Ustad Ali. Biar diumumkan lewat mesjid dan bisa diberikan kepemiliknya,” kata
Ikbal.
Banda
Aceh, 07 Juni 2014
Posting Komentar