0

A.  STRUKTUR TEKS CERITA PENDEK
  1. ORIENTASI
  2. KOMPLIKASI
  3. RESOLUSI
Contoh Teks Cerita Pendek 
Gara-Gara Amplop

Aku adalah anak laki-laki kecil berusia 12 tahun. Tubuhku gemuk, itu mungkin karena aku doyan makan. Bakso,  itu makanan fovoritku.
Suatu hari, saat aku sedang berjalan ke rumah teman dekatku  yang bernama Andi, aku menemukan amplop yang sangat tebal. Aku mengambil amplop itu dan langsung menyelipkannya ke dalam saku celanaku.  Aku sangatlah senang, hatiku pun sangat gembira apalagi disaat amplop kuambil tidak ada orang yang melihatnya. Pikiranku terus melayang-layang, terbayang akan ketebalan uang di dalam amplop yang aku temukan itu. Aku menargetkan uang dalam amplop itu berkisar antara dua ratus sampai dengan empat ratus ribu rupiah. Targetku cukuplah beralasan karena amplop itu sangatlah tebal. Meskipun, aku tidak memeriksanya terlebih dulu,  tapi aku yakin uang di dalam amplop,  tidak jauh berbeda dengan yang aku pikirkan. Sesekali pikiranku memintaku untuk singgah dulu ke tempat Pak Min. Pak Min adalah penjual mie bakso terenak di kampungku. Perutku pun seakan memberi sinyal bahwa aku harus makan mie bakso dulu kemudian baru ke rumah Andi.  Tak ingin berfikir terlalu lama aku pun berputar haluan dan berbelok ke kiri  mengarah ke tempat Pak Min.

Tidak terasa, aku pun tiba di tempat Pak Min dan langsung memesan mie bakso, jus apel dingin, kerupuk jangek, dan keripik singkong. Setelah selesai memesan,  aku memilih duduk di bagian depan. Biar nanti teman-temanku yang lewat bisa melihatku sedang berpesta ria makan mie bakso ples cemilin yang beragam. Tak lama kemudian, satu-persatu pesananku pun datang. Gairah makanku seperti para pejuang yang baru pulang dari pertempuran, seakan-akan semua yang ada di tempat Pak Min akan  kuborong dan  kumakan.

Saat aku ingin makan, tiba-tiba Jojo dan Ikbal lewat. Mereka tidak melihatku. Aku pun memanggil mereka sekedar basa-basi busuk.  Tujuanku agar mereka melihat aku sedang makan banyak makanan dan dapat penghargaan berupa pengakuan banyak uang.

Seperti yang aku harapkan,  Jojo dan Ikbal pun datang mendekatiku.
Jojo berkata, “Ada apa ya Kul?”
“Kalian mau kemana?” tanyaku pada mereka.
“Kami mau kerumah Andi. Kami ingin beramain mobil remote karena kami dengar-dengar Andi baru beli mobil remote terbaru,” jawab Ikbal.
“Eh. Kamu sama siapa di sini Kul dan makanan ini semua siapa yang punya?” tanya Jojo kepadaku.
Aku senang pertanyaan yang aku tunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Dengan bangga aku menjawab, “Aku sendirian dan ini semua aku yang punya!”
“Memangnya kamu punya uang, tuk bayarin semua ni Kul,” tanya Ikbal.
“Pastilah, kalau kalian mau boleh pesan kok!” jawabku.
Ikbal merasa tidak percaya dan Ikbal pun bertanya, “Boleh pesan! kamu seriuskan Kul?”
 “Iya, aku serius kok. Mana mungkin aku bohong sama kalian, kaliankan sahabat terbaikku,” Jawabku. Akhirnya Jojo dan Ikbal pun memesan mie bakso dan cemilan seperti yang aku pesan. Kami pun makan sambil bercerita dan sesekali terdengar pujian mereka untukku karena kebaikanku yang telah mentraktir mereka makan mie bakso.

Selesai makan, aku sengaja memanggil Pak Min untuk menghitung semua yang kami makan. Pak Min pun datang dan menghitung semua jumlahnya. “65 ribu Kul!” kata Pak Min. “65 ribu, murah sekali kok.  Apa Pak Min ngak salah hitung?” tanyaku.
“Ngak Kul,” jawab Pak Min. “Ya udahlah, sebentar lagi saya kasikan uangnya. Nanti saya antarin uangnya ke meja Pak Min,” terangku. Kemudian, Pak Min pun pergi meninggalkan meja tempat kami makan.
 Jojo bertanya kepadaku, “Kul, kamu yakinkan punya uang?”
“Pastilah, kalian tenang saja” jawabku. Aku pun mengambil amplop yang ada di saku celana, kuletak di atas meja. Kemudian, kurobek bagian kiri amplop  dan kutarik isi dalamnya. Sungguh di luar dugaan, mataku terbelalak, pikiranku seakan tertimpa pelajaran matematika, hatiku pecah saat melihat isi di dalam amplop yang semuanya berisikan uang monyet. Jojo betanya kepadaku, “Kul, kenapa uang di dalam amplop itu uang lima ratusan semua, banyak yang robek pula. Apa cukup ntuk bayarin semua ni?” aku tersenyum melihat mereka khawatir, aku menjawabnya, “Yok. Kita hitung dulu!”
 “Sini biar kuhitung uangnya,” kata Ikbal. Ikbal mengambil uang di tanganku untuk mereka hitung, mereka tahu kalau aku tidak bisa menghitung.

Setelah dipilih uang yang bagus dan layak digunakan mereka pun menghitung uang itu. Lembar perlembar uang itu mereka hitung dengan cermat. Pada saat itu aku menjadi penonton yang budiman. “44 ribu, Kul,” kata Ikbal padaku. Aku kaget, dan bertanya, “Apa! Kalian yakin, apa kalian ngak salah hitung?”
 “Memangnya kamu ragu dengan kemampuanku menghitung Kul?” cetus Ikbal. “Tidak sih,  tapi perasaanku, uang di dalam amplop itu 200 ribu,” kataku pada mereka. “200 ribu dari hongkong,” sindir Ikbal.

Jojo penasaran dan bertanya kepadaku, “Memangnya amplop itu dari mana sih?”
“Maaf teman-teman,  sebelumnya aku belum ngasi tahu sama kalian. Kalau amplop yang kalian buka itu saya temukan di jalan,” terangku.  Mereka tersentak mendengar jawaban yang aku berikan.

Jojo berkata, “Kul, apa kamu tidak tahu, jika mengambil apalagi memakan yang bukan milik kita itu dosa. Allah itu Maha Tahu, kemana pun dan di mana pun kita berada Allah pasti tahu. Janganlah mengambil atau memakan yang bukan milik kita, karena sesungguhnya dosa yang kita miliki akan dibalas dengan siksa dan api nerakan oleh Allah”
“Jangan nakuti aku” jawabku pada Jojo.
“Aku serius dan yang aku  sampaikan tadi itu Pak Ustad Ali yang mengatakan,” kata Jojo. 
Aku pun bertanya,  “Jadi aku harus bagaimana?”
“Ya udah, biar bakso dan semua ini aku yang bayarin, kebetulan aku ada uang lebih. Kamu, Kul, masukkan semua uang itu ke dalam amplopnya dan nanti akan kita berikan sama Pak Ustad Ali. Biar diumumkan lewat mesjid dan bisa diberikan kepemiliknya,” kata Ikbal.


                                                                                                Banda Aceh, 07 Juni 2014
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

Posting Komentar

 
Top